PKM-P


Tubagus Wahyudi
Universitas Tanjungpura

wahyudi.tubagus2@gmail.com


A.  JUDUL PENELITIAN
Analisis Pengaruh Kesadaran Lingkungan Dan Pengetahuan Ekologikal terhadap perilaku konsumen Green Product : Studi Perilaku Mahasiswa Etnis Tiong Hoa di Pontianak Kalimantan Barat

B.  LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan dunia pada saat ini menuntut perusahaan untuk terus meningkatkan dan memperbaiki kinerjanya agar dapat terus bertahan, dan bahkan dapat memenangkan kompetisi dengan berbagai industri lainnya. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan produktivitasnnya. Produktivitas dapat diukur dengan membandingkan output dan input yang dihasilkan melalui proses produksinya sedangkan input adalah sumber daya yang digunakan dalam proses produksi. Seiring dengan peningkatan produksi, ternyata timbul banyak permasalahan lingkungan sekitar. Penyebabnya karena proses produksi seringkali mengakibatkan pembuangan material dan energi yang membebani lingkungan. Padahal proses produksi yang baik tidak hanya memperhatikan keamanan dan efek samping dari sisa prosesnya, namun juga berusaha mereduksi limbah yang dihasilkan. Permasalahan ini juga kerap kali diabaikan oleh pihak perusahaan, meskipun saat ini permasalahan lingkungan menjadi isu yng cukup hangat dibicarakan. Kasali ( 2005 ) mendefinisikan, produk hijau (Green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang. Selanjutnya, Strategi greenmarketing mulai diterapkan, sebagai jawaban terhadap kepedulian produk yang peka pada lingkungannya (Chen, 2008).
Konsep Green product ini dikembangkan oleh Asian Productivity Organization( APO) pada tahun 1994 unutk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan. Hal itu juga terjadidi Italia sebesar 84 persen dan di Spanyol sebesar 82 persen.Keinginan terhadap produk yang lebih hijau atau sebut saja gerakan hijau telah meluas dari Barat sampai Pacific Rim, Eropa bagian Timur, Africa dan Timur Tengah. Demikianlah maka dapat dipahami mengapa banyak perusahaan mengadopsi konsep pemasaran hijau sebagai maksud keunggulan bersaing yang berkelanjutan (Oyewole, 2001). Menurut Billatos dan Basaly (1997), green engineering atau green productivity mempunyai empat tujuan umum dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan ekonomi produksi ketika dimimplemtasikan dalma lantai produksi, tujuan umumtersebut adalah pengurangan limbah, manajemen material, Pujari dan Wright (1995) mengungkapkan bahwa pemasar (marketer) perlu memandang fenomena tersebut sebagai satu hal yang berpotensi sebagai peluang bisnis.   
Kalafatis et al. (1999) mengatakan bahwa para pemasar memandang fenomena dalam lingkungan pemasaran sebagai kesempatan bisnis dalam upaya perusahaan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana jangka panjangnya secara proaktif pada strategi lingkungan perusahaan. Ottman (1994) mengatakan bahwa saat ini perhatian pemasar harus banyak dicurahkan pada environmental marketing. Implikasi yang paling signifikan dari kondisi tersebut bagi pemasar barang dan jasa adalah bahwa tindakan konsumen didasarkan atas nilai-nilai melalui kekuatan keputusan pembelian konsumen (Dharmmesta, 1997).  Czinkota and Ronkainen (1992) dalam Lozada (2000) mengemukakan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh solusi pada tantangan lingkungan melalui marketing strategic, produk, dan pelayanan agar dapat tetap bersaing. Byrne (2003) mengungkapkan bahwa environmental atau green marketing (pemasaran hijau) merupakan fokus baru dalam usaha bisnis, yaitu sebuah pendekatan pemasaran strategik yang mulai mencuat dan menjadi perhatian banyak pihak mulai akhir abad 20. Kondisi ini menuntut pemasar (marketer) untuk lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang melibatkan lingkungan. 
Permintaan produk-produk yang ramah lingkungan mulai berkembang dan beberapa perusahaan banyak yang menjadikan ini sebagai peluang, walaupun masih ada perusahaan yang kurang peduli terhadap permasalahan pemasaran lingkungan. Lampe mengatakan (1995) bahwa persepsi dari banyak pemimpin bisnis adalah bahwa Green marketing dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Pada tahun 1989, sebuah jajak pendapat yang dilakukan Gallup terhadap 500 eksekutif terbaik menurut majalah Fortune menemukan bahwa 58 persen dari mereka menyatakan bahwa pelanggan mereka bersedia membayar lebih mahal untuk produk-produk yang ramah lingkungan misalnya kemasan atau komponen yang dapat didaur ulang. Berikut ini adalah daftar perusahaan yang berhasil di data yang dalam prakteknya sudah menggunakancara-cara pemasaran hijau
                      Tabel.1 Daftar perusahaan green product
Nama Perusahaan
Pemasaran Hijau yang di lakukan
Yogya Supermarket
Kantong belanja yang hancur dalam waktu 2 tahun
Hoka-Hoka Bento
Styrofoam yang hancur 2 – 3 tahun
Cipaganti Travel
Promosi go green Indonesia
Bank BNI
KPR Griya Hijau
Citi Bank
Surat tagihan via email (paperless)
Baterai Alkaline
Bebas timbal dan merkuri
Pertamina
Biofuel
Supermarket Superindo
Sayuran dan buah organic
KFC
Nasi putih organic
        
Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada Kota Metropolitan dan Non Metropolitan membuktikan bahwa terdapat perbedaan karakter konsumen hijau berdasarkan perbedaan demografi.Penelitian ini dikembangkan dengan fokus pada pengukuran perilaku membeli dan mengkonsumsi produk ramah lingkungan dengan menganalisa antiseden pembentuk perilaku mereka. Memasukkan efek budaya untuk membuktikan pendapat yang beredar di masyarakat bahwa masyarakat Tiong Hua memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi untuk mengkonsumsi produk-produk hijau (green product). Lokasi penelitian dipusatkan di Kota Pontianak karena distribusi produk-produk hijau seperti pangan organik dan produk ramah lingkuangan lainya mudah didapatkan.

C.  PERUMUSAN MASALAH
Mayoritas konsumen di Indonesia mengkonsumsi produk hanya unutk memenuhi kebutuhan dan keinginan tanpa memperdulikan produk tersebut baik atau tidak untuk kesehatan dan lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan tindakan proakaktif dari konsumen terhadap produk ramah lingkungan.
Konsumen produk hijau merupakan jargon yang relatif kecil, akan tetapi berpengaruh terhadap perkembangan suatu kelompok konsumen dalam memilih produk yang ramah lingkungan ( Elkington, 1991 ). Akibat dari gerakan mahasiswa selaku konsumen mengkonsumsi produk hijau ini tidak hanya dalam sikap konsumi sehari-hari dan membangun masyarakat yang sehat semata, karena pendapat dan anggapan konsumen yang bewawasan ramah lingkungan akan dapat mempegaruhi perilaku berbisnis  bahkan kebijakan pemerintah, dan sering kali konsumen yang berwawasan ramah lingkungan membikot perusahaan yang tidak menggunakan pola green productivitas bahkan banyak konsumen untuk tidak membeli produk yang tidak berwawsan lingkungan sehingga akan mempengaruhi pola produksi perusahaan.

D.  TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan pola mahasiswa dalam berperilaku mengkonsumsi produk yang yang ramah lingkungan di kota yang mayoritas etnis Tiong Hoa seperti di Pontianak Kalimantan Barat. Adapaun target yang diharapkan antara lain : 1) Menguji antiseden yang membentuk perilaku mahasiswa dalam mengkonsumsi produk ramah lingkungan; 2) Membangun kesadaran mahasiswa untuk mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan.


E.  LUARAN YANG DIHARAPKAN
Diperolehnya informasi ilmiah mengenai model perilaku mahasiswa dan Tingkat kesadaran mahasiswa dalam mengkonsumsi produk yang berwawasan lingkungan serta dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk menjaga kesahatannya dengan mengkonsumsi produk ramah lingkungan misalnya pangan organik.

F.   KEGUNAAN PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari terlaksananya penelitian ini adalah :
1.    Bagi Pemerintah
memberikan informasi mengenai kesadaran mahasiswa dalam menkonsumsi produk yang ramah lingkungan serta Memberikan suatu gambaran yang jelas tentang perilaku mahasiswa dalam mengkonsumsi produk ramah lingkungan.
2.    Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan memperkaya jenis penelitian khusunya pokok bahasan “Analisis Kesadaran Lingkungan Dan Pengetahuan Ekologikal Terhadap Perilaku Konsumen Green Product : Studi Perilaku Mahasiswa Etnis Tiong Hoa Di Kota Pontianak Kalimantan Barat”

G.  TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Green Product
Green Product adalah barang-barang yang salah satu cirinya adalah menggunakan material yang baik, yang bisa didaur ulang, dan proses pembuatan Green Product pun menggunakan manajemen persampahan yang baik, sehingga, secara keseluruhan menggunakan Green Product berarti mengurangi emisi karbon, dan turut membantu mengurangi dampak dari pemanasan global. Nugrahadi (2002) mengemukakan, produk hijau ( green product ) adalah produk yang berwawasan lingkungan. Suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsianya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang dapat didaur ulang. Nugrahadi (2002) mengemukakan, produk hijau ( green product ) adalah produk yang berwawasan lingkungan. Suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan pengkonsumsianya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang dapat didaur ulang.
Menurut jacquelyn (1998:60) cara mengidentifikasi konsumen dalam Green produk sering dilakukan dengan mengukur kecenderungan individu konsumen atau karateristiknya, berikut karakteristiknya yakni :
1.      True blue greens
Karakteristik kelompok ini adalah konsumen bisnis yang berkomitmen, hardcore, lingkungan yang sangat terlibat kegiatan lingkungan dan pemimpin dalam organisasi tersebut. Mereka sering berinteraksi dengan para politisi dan memberikan kontribusi mobeter untuk isu-isu lingkungan.
2.      Greenback greens
Karakteristik kelompok ini mirip dengan true blue greens. Yang paling membedakan dari kelompk ini adalah bahwa mereka sering kali bersedia membayar premi untuk produk suara lingkungan. Greenbacks juga mencari pemasok dan mitra bisnis yang peduli dengan lingkungan.
3.      Sprout
Kelompok ini biasanya tidak membeli produk hijau, tetapi mampu membuat produk hijau. Selanjutnya, mereka cenderung percaya pada penyebab lingkungan hanya pada teori, bukan dalam praktek. Meskipun demikian, peringkat mereka jauh lebih di atas perusahaan secara keseluruhan.
4.      Grousers
Grouser biasanya tidak berpengalama dalam isu lingkungan dan tidak percaya bahwa mereka mampu mempengaruhi perubahan. Perusahaan-perusahaan ini terlibat dalam bawah rata-rata jumlah kegiatan peduli lingkungan. Mereka cenderung megklaim bahwa mereka memiliki banyak alasan untuk tidak berbuat lebih banyak untuk lingkungan. Selain itu, mereka juga mempertimbangkan penghijauan, pengembangan produk dan pemasok dengan cara mereka sendiri.
5.      Basic browns
Karakter konsumen bisnis ini tidak peduli terhadap isu lingkungan dan sosial. Sebaliknya, mereka memilih untuk fokus pada masalah sehari-hari mereka, mereka tidak tertarik untuk membuat upaya praktik hijau atau produk bisnis mereka dengan cara apapun dan mereka berpendapat tidak ada manfaat dalam melakukan produk hijau.
Karakteristik Green Product
Di dunia ini, sekarang sedang marak penggunaan Green Product, karena itu muncullah berbagai label yang menyatakan bahwa produk mereka termasuk Green Product, diantaranya:
1.      Energy Star : Produk-produk yang dilabeli “energy star” bisa dibilang Green Product, karena salah satu standar diberinya label energy star, adalah konsumsi energi yang digunakan produk tersebut berkurang 20-30% dari barang-barang yang sama yang tidak dilabeli “energy star”. Energy star pun sekarang sedang mengembangkan rumah-rumah dengan sertifikasi “energy star”.
2.      TCO (Sertifikat Pekerja Swedia) : Pelabelan Green Product ini dilakukan oleh TCO pada peralatan elektronik. Penilaiannya berdasarkan tingkat energi yang dipakai, emisi, ergonomis, dan ekologinya.
3.      Green Seal : Kebanyakan produk yang diberi label ini adalah pada barang-barang kebutuhan sehari-hari, misalnya pembersih kaca, cat, dan perkakas rumah.
4.      Clear Car Campaign : Kendaraan-kendaraan yang mendapat label ini adalah kendaraan dengan efisiensi 1,5 kali lebih baik pada pipa pembuangannya, juga menghasilkan bahan kimia berbahaya yang lebih sedikit.
5.      Green Map (peta hijau) :Sebenarnya, peta hijau tidak melabeli produk-produk, tapi lebih ke tempat-tempat ‘green’, contohnya lokasi green building, lokasi pengelolaan sampah, dll.
Studi tentang konsumsi yang mendasarkan pada keperilakuan mulai dilakukan setelah tahun 1990-an yang lebih memfokuskan pada perilaku pascabeli konsumen, misalnya produk kemasan yang dapat didaur ulang, kertas yang dapat didaur ulang, deterjen yang ramah lingkungan, produk yang tidak dieksperimenkan pada binatang, aerosol yang tidak merusak lapisan ozon, produk kayu yang tidak bersertifikasi, popok bayi sekali pakai, dan bahan pangan organik ( Treagear & McGregor, 1994 ; Davies et al., 1995 ; Schlegelmilch et al., 1996 ; Johri & Sahasakmontri, 1998 ; Polonsky et al., 1998 ; Vlosky et al., 1999 ; Follows & Jobber, 2000 ; Fotopoulus & Krystallis, 2002 ).
Teori keprilakuan dalam penelitian pemasaran lingkungan yang digunakan setelah tahun 1990-an lebih memfokuskan pada model struktural sikap tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan konatif (Kalafetis et al., 1999 ; Chan, 1999). Ketiga komponen tersebut merupakan konstruksi model dari ilmu psikologi yang mendasari terbentuknya dimensi sikap. Hubungan antar komponen sikap tersebut telah terbukti dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku dengan baik (Ajzen, 1988).Namun berdasarkan temuan kajian literatur empiris mengungkap adanya hubungan yang tidak konsisten antara sikap dan perilaku pada lingkungan (Martin&Simintras, 1995), walaupun telah secara luas diteliti dengan kategori objek penelitian, latar dan desain penelitian serta metode pengujian yang berbeda-beda.
Kajian literatur empiris yang mengadopsi perspektif model sikap tiga komponen, yaitu kognitif, afektif dan konatif (Schifman & Kanuk, 2001) mengungkap adanya beragam. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap perilaku yang berwawasan lingkungan dapat di klasifikasikan menjadi lima kategori , yaitu demografi, pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan perilaku (Ling Yee,1997 ; Chan, 1999 ; Chan & Lau, 2000 ; Chan, 2001 ; laroche et al., 1999 ; Follows & Jobber, 2000).
Hasil temuan studi empiris yang dilakukan Ling Yee (1997) dan Straughan & Robert(1999) tentang kesadaran lingkungan berupaya mengidentifikasi variabel demografi sebagai prediktor untuk menjelaskan sikap kesadaran lingkungan konsumen dan perilaku konsumsi mereka. Variabel demografi misalnya, usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, daerah domisili merupakan cara yang efisien bagi pemasar untuk melakukan segmentasi pasar pada sikap dan perilaku yang bertanggung jawab sosial. Namun, temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel domografi dan psikososial dalam menjelaskan perilaku kesadaran lingkungan masih belum dapat disimpulkan dengan jelas (Ling- Yee, 1997).

H.  METODE PENELITIAN
Metode Pengambilan Sampel
Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah konsumen yang pernah melakukan pembelian produk ramah lingkungan termasuk pangan organik. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probabilistik sampling, yaitu setiap elemen dalam populasi tidak memiliki probabilitas yang sama untuk menjadi sampel (Cooper & Emory, 1995 ; Coper & Schlinder, 2001). Kriteria pengambilan sampel purposif. Subjek penelitian ini adalah konsumen aktif yang pernah membeli, menggunakan serta mengetahui tentang produk ramah lingkungan. Sampel yang diambil berjumlah 150 responden.

9
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei, yaitu menggunakan kuesioner yang berisi butir-butir pengukur konstruk atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Kuesioner berupa daftar pertanyaan yang berisi tentang kesadaran lingkungan, niat pembelian produk hijau, dan perilaku pembelian yang di lengkapi dengan pertanyaan pendahualuan mengenai karakteristik demografi responden.
Penyebaran kuesioner disampaikan secara langsung kepada responden. Responden di wawancarai terlebih dahulu terkait dengan pengetahuan mereka terhadap produk ramah lingkungan. Responden yang menjadi sampel akhir adalah mereka yang pernah membeli, menggunakan atau mengkonsumsi produk ramah lingkungan yang tersedia di pasaran. Kuesioner disampaikan dengan mendatangi responden secara aktif pada lingkungan dimana responden berada. Responden membutuhkan waktu kira-kira 10-15 menit untuk mengisi kuesioner. Peneliti menunggu kuesioner untuk diisi, sehingga setelah kuesioner diisi lengkap dapat langsung dikembalikan. Dalam melakukan penyebaran kuesioner, peneliti dibantu oleh 4 orang anggota peneliti. Peneliti memberikan pengarahan kepada mereka tentang maksud penelitian dan kriteria responden. Mereka bertanggung jawab terhadap penyebaran dan pengembalian kuesioner. Sesuai dengan waktu yang telah disepakati, peneliti mengambil kuesioner yang telah disebar oleh mereka dan telah diisi lengkap oleh responden.
Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data primer. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka dari buku, data tentang perkembangan dan penggunaan produk ramah lingkungan, berbagai penelitian sebelumnya dan teori yang terkait dengan topik penelitian, untuk menyusun tinjauan pustaka dan penggunaan alat analisis. Semua pengukuran konstruk dalam penelitian ini dengan item pertanyaan dengan lima point skala Likert dari sangat tidak setuju (STS) sampai sangat setuju (SS).  Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk mengukur konstruk dari sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2), netral (skor 3), setuju (skor 4) dan sangat setuju (skor 5). Tiga konstruk meluputi tiga item, dua konstruk meliputi empat item, satu konstruk meliputi lima item dan satu konstruk meliputi dua item sehingga total berjumlah 24 item ( 3x3),(2x4),(1x5) dan (1x2).
H1 : ada pengaruh antara pengetahuan ekologikal terhadap niat beli produk hijau mahasiswa etnis Tiong Hoa
H2 : ada pengaruh antara kesadaran lingkungan terhadap niat beli produk hijau mahasiswa etnis Tiong Hua
H3 : ada pengaruh niat beli produk hijau terhadap perilaku beli hijau mahasiswa etnis Tiong Hoa
Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh rata-rata persepsi diantara masing-masing kelompok responden. Karena diantara masing-masing kelompok responden yang diuji tersebut saling independen, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan alat analisa analysis of variance (ANOVA). Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dulu dilakukan uji validitas dan realibilitas instrumen yang digunakan. Apabila instrumen tersebut valid dan reliable (handal) maka hasil penelitian dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

I.     JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
                                  Tabel.2 Jadwal kegiatan
No
Kegiatan
OKT
NOV
DES
JAN
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4

Persiapan :
















1
Penentuan Tema
















2
Pengumpulan referensi
















3
Pengumpulan data sekunder
















4
Penyusunan Proposal Penelitian



































Pelaksanaan :
















5
Perancangan panduan wawancara dan

















 FGD serta kuesioner penelitian
















6
Penggandaan kuesioner
















8
Penyebaran kuesioner & Survei Lapangan
















9
Pengumpulan data ,kuesioner & tabulasi data














10
Analisis Data



































Penyusunan Laporan :
















11
Penyusunan Laporan Penelitian
















12
Penggandaan dan Penyerahan Laporan

















                                             

J.    DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 1988. Attitudes,Personality, and Behavior, Open University Press, Milton Keynes, UK
Asian Produktivity Organization. 2003. A Measurement Guide to green Produktivity Asian Organization, Tokyo
Billatos, Samir B. Dan Basaly, Nadia A. 1997. Green Technology and Design for the Environtment. Taylor and Francis
Chan, Ricky Y.K. 2001. “Determinants of Chinese Consumers Green Purchase Behavior,” Psychology & Marketing: 338-357
Chan, Ricky Y.K. 1999. “Environmental Attitudes and Behaviorof Consumers in China,” Journal of International Consumer Marketing
Cooper , D.R dan Schindler. 2001. Business Research Methods, Seventh Edition, Mc Graw Hill International.
Cooper , D.R dan C.W. Emory. 1995. Business Research Methods, Fifth Edition, Chicago: Richard D. Irwin, Inc
Elkington. 1991. “Green Marketing in the New Millenium,”.Journal of Consumer Marketing: 558-559
Follows, Scott B., dan David Jobber.2000. “Environmentally Responsible Purchase Behavior: a test of consumer model, “European Journal of Marketing: 723-746
Fotopoulus, Christos, dan Athanasios Krystallis.2002a. “Organic Product Avoidance, Reasons for Rejection and Potential Buyers Identification in a Countrywide Survey,” British Food Journal: 233-260
Hair, Joseph F., Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham, dan William C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice Hall International, Inc
Ling Ye, Li. 1997. “Effect of Collectivist Orientation and Ecological Attitudeon Actual Environmental Commitment,” Journal of International Consumer Marketing : 31-53
Ottman, J.A. 1995. Green Marketing: Challenges and Opportunities for the New Marketing Age, NTC Publishing Group, Lincolwood.
Ottman, Jacquelyn A. 2011. The New Rules of Green Marketing. Greenleaf Publishing, Sheffield, England.
Oyewole, Philemon. 2001. Social Costs of Environmental Justice Associated with
the Practise of Green Marketing. Journal of Business Ethics, Vol. 29.
Renald Kasali. 2010. Strategy Green Marketing. Gramedia. Jakarta
Vlosky, Richard P., Lucie K. Ozzane dan Renee J. Fentenot. 1999. “ A Conceptual Model of US ConsumerWillingness to Pay for Environmentally Wood Product,” Journal of Consumer Marketing: 122-136


Comments

Popular posts from this blog

Ngaca donk

Siapkah Masyarakat KALBAR Melakukan Competitive Advantage dan Menjadi The Winners Dalam Area ASEAN Economic Community ?