PKM-P
Analisis Pengaruh Kesadaran
Lingkungan Dan Pengetahuan Ekologikal terhadap
perilaku konsumen Green Product :
Studi Perilaku Mahasiswa Etnis Tiong Hoa di Pontianak Kalimantan Barat
B. LATAR
BELAKANG MASALAH
Perkembangan
dunia pada saat ini menuntut perusahaan untuk terus meningkatkan dan
memperbaiki kinerjanya agar dapat terus bertahan, dan bahkan dapat memenangkan
kompetisi dengan berbagai industri lainnya. Usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan produktivitasnnya. Produktivitas dapat
diukur dengan membandingkan output dan input yang dihasilkan melalui proses
produksinya sedangkan input adalah sumber daya yang digunakan dalam proses
produksi. Seiring dengan peningkatan produksi, ternyata timbul banyak
permasalahan lingkungan sekitar. Penyebabnya karena proses produksi seringkali
mengakibatkan pembuangan material dan energi yang membebani lingkungan. Padahal
proses produksi yang baik tidak hanya memperhatikan keamanan dan efek samping
dari sisa prosesnya, namun juga berusaha mereduksi limbah yang dihasilkan.
Permasalahan ini juga kerap kali diabaikan oleh pihak perusahaan, meskipun saat
ini permasalahan lingkungan menjadi isu yng cukup hangat dibicarakan.
Kasali ( 2005 )
mendefinisikan, produk hijau (Green product) adalah produk yang tidak
berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, tidak boros sumber daya, tidak
menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak melibatkan kekejaman pada binatang.
Selanjutnya, Strategi greenmarketing mulai
diterapkan, sebagai jawaban terhadap kepedulian produk yang peka pada
lingkungannya (Chen, 2008).
Konsep Green product ini dikembangkan oleh
Asian Productivity Organization( APO) pada tahun 1994 unutk menumbuhkan
kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan. Hal itu juga terjadidi Italia
sebesar 84 persen dan di Spanyol sebesar 82 persen.Keinginan terhadap produk
yang lebih hijau atau sebut saja gerakan hijau telah meluas dari Barat sampai Pacific
Rim, Eropa bagian Timur, Africa dan Timur Tengah. Demikianlah maka dapat dipahami
mengapa banyak perusahaan mengadopsi konsep pemasaran hijau sebagai maksud
keunggulan bersaing yang berkelanjutan (Oyewole, 2001). Menurut Billatos dan
Basaly (1997), green engineering atau
green productivity mempunyai empat
tujuan umum dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan ekonomi produksi
ketika dimimplemtasikan dalma lantai produksi, tujuan umumtersebut adalah
pengurangan limbah, manajemen material, Pujari dan Wright (1995) mengungkapkan
bahwa pemasar (marketer) perlu memandang fenomena tersebut sebagai satu hal
yang berpotensi sebagai peluang bisnis.
Kalafatis et al. (1999)
mengatakan bahwa para pemasar memandang fenomena dalam lingkungan pemasaran
sebagai kesempatan bisnis dalam upaya perusahaan mengembangkan dan
mengimplementasikan rencana jangka panjangnya secara proaktif pada strategi
lingkungan perusahaan. Ottman (1994) mengatakan bahwa saat ini perhatian
pemasar harus banyak dicurahkan pada environmental marketing. Implikasi yang
paling signifikan dari kondisi tersebut bagi pemasar barang dan jasa adalah
bahwa tindakan konsumen didasarkan atas nilai-nilai melalui kekuatan keputusan
pembelian konsumen (Dharmmesta, 1997).
Czinkota and Ronkainen (1992) dalam Lozada (2000) mengemukakan bahwa
perusahaan akan dapat memperoleh solusi pada tantangan lingkungan melalui
marketing strategic, produk, dan pelayanan agar dapat tetap bersaing. Byrne
(2003) mengungkapkan bahwa environmental atau green marketing (pemasaran hijau) merupakan fokus baru dalam usaha
bisnis, yaitu sebuah pendekatan pemasaran strategik yang mulai mencuat dan
menjadi perhatian banyak pihak mulai akhir abad 20. Kondisi ini menuntut
pemasar (marketer) untuk lebih
berhati-hati dalam mengambil keputusan yang melibatkan lingkungan.
Permintaan
produk-produk yang ramah lingkungan mulai berkembang dan beberapa perusahaan
banyak yang menjadikan ini sebagai peluang, walaupun masih ada perusahaan yang
kurang peduli terhadap permasalahan pemasaran lingkungan. Lampe mengatakan
(1995) bahwa persepsi dari banyak pemimpin bisnis adalah bahwa Green marketing dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan. Pada tahun 1989, sebuah jajak pendapat yang
dilakukan Gallup terhadap 500 eksekutif terbaik menurut majalah Fortune menemukan
bahwa 58 persen dari mereka menyatakan bahwa pelanggan mereka bersedia membayar
lebih mahal untuk produk-produk yang ramah lingkungan misalnya kemasan atau
komponen yang dapat didaur ulang. Berikut ini adalah daftar perusahaan yang
berhasil di data yang dalam prakteknya sudah menggunakancara-cara pemasaran
hijau
Tabel.1 Daftar perusahaan
green product
Nama Perusahaan
|
Pemasaran Hijau yang di lakukan
|
Yogya Supermarket
|
Kantong belanja yang hancur dalam
waktu 2 tahun
|
Hoka-Hoka Bento
|
Styrofoam yang hancur 2 – 3 tahun
|
Cipaganti Travel
|
Promosi go green Indonesia
|
Bank BNI
|
KPR Griya Hijau
|
Citi Bank
|
Surat tagihan via email
(paperless)
|
Baterai Alkaline
|
Bebas timbal dan merkuri
|
Pertamina
|
Biofuel
|
Supermarket Superindo
|
Sayuran dan buah organic
|
KFC
|
Nasi putih organic
|
Penelitian sebelumnya yang dilakukan
pada Kota Metropolitan dan Non Metropolitan membuktikan bahwa terdapat
perbedaan karakter konsumen hijau berdasarkan perbedaan demografi.Penelitian
ini dikembangkan dengan fokus pada pengukuran perilaku membeli dan mengkonsumsi
produk ramah lingkungan dengan menganalisa antiseden pembentuk perilaku mereka.
Memasukkan efek budaya untuk membuktikan pendapat yang beredar di masyarakat
bahwa masyarakat Tiong Hua memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi untuk
mengkonsumsi produk-produk hijau (green
product). Lokasi penelitian dipusatkan di Kota Pontianak karena distribusi
produk-produk hijau seperti pangan organik dan produk ramah lingkuangan lainya
mudah didapatkan.
C. PERUMUSAN MASALAH
Mayoritas
konsumen di Indonesia mengkonsumsi produk hanya unutk memenuhi kebutuhan dan
keinginan tanpa memperdulikan produk tersebut baik atau
tidak untuk kesehatan dan lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
dapat dilakukan dengan tindakan proakaktif dari konsumen terhadap produk ramah
lingkungan.
Konsumen produk hijau merupakan
jargon yang relatif kecil, akan tetapi berpengaruh terhadap perkembangan suatu
kelompok konsumen dalam memilih produk yang ramah lingkungan ( Elkington, 1991
). Akibat dari gerakan mahasiswa selaku konsumen mengkonsumsi produk hijau ini
tidak hanya dalam sikap konsumi sehari-hari dan membangun masyarakat yang sehat
semata, karena pendapat dan anggapan konsumen yang bewawasan ramah lingkungan
akan dapat mempegaruhi perilaku berbisnis
bahkan kebijakan pemerintah, dan sering kali konsumen yang berwawasan
ramah lingkungan membikot perusahaan yang tidak menggunakan pola green productivitas bahkan banyak
konsumen untuk tidak membeli produk yang tidak berwawsan lingkungan sehingga
akan mempengaruhi pola produksi perusahaan.
D. TUJUAN
PENELITIAN
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan pola mahasiswa dalam berperilaku
mengkonsumsi produk yang yang ramah lingkungan di kota yang mayoritas etnis Tiong
Hoa seperti di Pontianak Kalimantan Barat. Adapaun target yang diharapkan
antara lain : 1) Menguji antiseden yang membentuk perilaku mahasiswa dalam
mengkonsumsi produk ramah lingkungan; 2) Membangun kesadaran mahasiswa untuk
mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan.
E. LUARAN YANG
DIHARAPKAN
Diperolehnya
informasi ilmiah mengenai model perilaku mahasiswa dan Tingkat kesadaran
mahasiswa dalam mengkonsumsi produk yang berwawasan lingkungan serta dapat
meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk menjaga kesahatannya dengan mengkonsumsi
produk ramah lingkungan misalnya pangan organik.
F.
KEGUNAAN PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari
terlaksananya penelitian ini adalah :
1.
Bagi Pemerintah
memberikan
informasi mengenai kesadaran mahasiswa dalam menkonsumsi produk yang ramah
lingkungan serta Memberikan suatu gambaran yang jelas tentang perilaku
mahasiswa dalam mengkonsumsi produk ramah lingkungan.
2.
Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan memperkaya jenis penelitian
khusunya pokok bahasan “Analisis Kesadaran Lingkungan Dan Pengetahuan
Ekologikal Terhadap Perilaku Konsumen Green Product : Studi Perilaku Mahasiswa Etnis Tiong Hoa Di Kota Pontianak
Kalimantan Barat”
G. TINJAUAN
PUSTAKA
Pengertian Green Product
Green Product adalah barang-barang yang salah satu cirinya adalah
menggunakan material yang baik, yang bisa didaur ulang, dan proses pembuatan Green Product pun menggunakan manajemen
persampahan yang baik, sehingga, secara keseluruhan menggunakan Green Product berarti mengurangi emisi
karbon, dan turut membantu mengurangi dampak dari pemanasan global. Nugrahadi
(2002) mengemukakan, produk hijau ( green
product ) adalah produk yang berwawasan lingkungan. Suatu produk yang
dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi efek-efek yang dapat
mencemari lingkungan, baik dalam produksi, pendistribusian dan
pengkonsumsianya. Hal ini dapat
dikaitkan dengan pemakaian bahan baku yang dapat didaur ulang. Nugrahadi (2002)
mengemukakan, produk hijau ( green
product
) adalah produk yang berwawasan
lingkungan. Suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk
mengurangi efek-efek yang dapat mencemari lingkungan, baik dalam produksi,
pendistribusian dan pengkonsumsianya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pemakaian
bahan baku yang dapat didaur ulang.
Menurut
jacquelyn (1998:60) cara mengidentifikasi konsumen dalam Green produk sering dilakukan dengan mengukur kecenderungan
individu konsumen atau karateristiknya, berikut karakteristiknya yakni :
1.
True
blue greens
Karakteristik kelompok
ini adalah konsumen bisnis yang berkomitmen, hardcore, lingkungan yang sangat terlibat kegiatan lingkungan dan
pemimpin dalam organisasi tersebut. Mereka sering berinteraksi dengan para
politisi dan memberikan kontribusi mobeter untuk isu-isu lingkungan.
2.
Greenback
greens
Karakteristik kelompok
ini mirip dengan true blue greens.
Yang paling membedakan dari kelompk ini adalah bahwa mereka sering kali
bersedia membayar premi untuk produk suara lingkungan. Greenbacks juga mencari pemasok dan mitra bisnis yang peduli dengan
lingkungan.
3.
Sprout
Kelompok ini biasanya
tidak membeli produk hijau, tetapi mampu membuat produk hijau. Selanjutnya,
mereka cenderung percaya pada penyebab lingkungan hanya pada teori, bukan dalam
praktek. Meskipun demikian, peringkat mereka jauh lebih di atas perusahaan
secara keseluruhan.
4.
Grousers
Grouser
biasanya tidak berpengalama dalam isu lingkungan dan tidak percaya bahwa mereka
mampu mempengaruhi perubahan. Perusahaan-perusahaan ini terlibat dalam bawah
rata-rata jumlah kegiatan peduli lingkungan. Mereka cenderung megklaim bahwa
mereka memiliki banyak alasan untuk tidak berbuat lebih banyak untuk
lingkungan. Selain itu, mereka juga mempertimbangkan penghijauan, pengembangan
produk dan pemasok dengan cara mereka sendiri.
5.
Basic
browns
Karakter konsumen
bisnis ini tidak peduli terhadap isu lingkungan dan sosial. Sebaliknya, mereka
memilih untuk fokus pada masalah sehari-hari mereka, mereka tidak tertarik
untuk membuat upaya praktik hijau atau produk bisnis mereka dengan cara apapun
dan mereka berpendapat tidak ada manfaat dalam melakukan produk hijau.
Karakteristik
Green Product
Di dunia ini, sekarang sedang marak
penggunaan Green Product, karena itu
muncullah berbagai label yang menyatakan bahwa produk mereka termasuk Green Product, diantaranya:
1. Energy Star : Produk-produk
yang dilabeli “energy star” bisa
dibilang Green Product, karena salah
satu standar diberinya label energy star,
adalah konsumsi energi yang digunakan produk tersebut berkurang 20-30% dari
barang-barang yang sama yang tidak dilabeli “energy
star”. Energy star pun sekarang
sedang mengembangkan rumah-rumah dengan sertifikasi “energy star”.
2.
TCO (Sertifikat Pekerja Swedia) : Pelabelan
Green Product ini dilakukan oleh TCO
pada peralatan elektronik. Penilaiannya berdasarkan tingkat energi yang
dipakai, emisi, ergonomis, dan ekologinya.
3.
Green Seal : Kebanyakan
produk yang diberi label ini adalah pada barang-barang kebutuhan sehari-hari,
misalnya pembersih kaca, cat, dan perkakas rumah.
4.
Clear Car
Campaign : Kendaraan-kendaraan yang mendapat label ini adalah
kendaraan dengan efisiensi 1,5 kali lebih baik pada pipa pembuangannya, juga
menghasilkan bahan kimia berbahaya yang lebih sedikit.
5. Green Map (peta
hijau) :Sebenarnya, peta hijau tidak melabeli produk-produk, tapi lebih ke
tempat-tempat ‘green’, contohnya
lokasi green building, lokasi
pengelolaan sampah, dll.
Studi tentang konsumsi
yang mendasarkan pada keperilakuan mulai dilakukan setelah tahun 1990-an yang
lebih memfokuskan pada perilaku pascabeli konsumen, misalnya produk kemasan
yang dapat didaur ulang, kertas yang dapat didaur ulang, deterjen yang ramah lingkungan,
produk yang tidak dieksperimenkan pada binatang, aerosol yang tidak merusak
lapisan ozon, produk kayu yang tidak bersertifikasi, popok bayi sekali pakai,
dan bahan pangan organik ( Treagear & McGregor, 1994 ; Davies et al., 1995 ; Schlegelmilch et al., 1996 ; Johri &
Sahasakmontri, 1998 ; Polonsky et al.,
1998 ; Vlosky et al., 1999 ; Follows
& Jobber, 2000 ; Fotopoulus & Krystallis, 2002 ).
Teori keprilakuan dalam
penelitian pemasaran lingkungan yang digunakan setelah tahun 1990-an lebih
memfokuskan pada model struktural sikap tiga komponen, yaitu kognitif, afektif
dan konatif (Kalafetis et al., 1999 ;
Chan, 1999). Ketiga komponen tersebut merupakan konstruksi model dari ilmu
psikologi yang mendasari terbentuknya dimensi sikap. Hubungan antar komponen
sikap tersebut telah terbukti dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku dengan
baik (Ajzen, 1988).Namun berdasarkan temuan kajian literatur empiris mengungkap
adanya hubungan yang tidak konsisten antara sikap dan perilaku pada lingkungan (Martin&Simintras,
1995), walaupun telah secara luas diteliti dengan kategori objek penelitian,
latar dan desain penelitian serta metode pengujian yang berbeda-beda.
Kajian literatur
empiris yang mengadopsi perspektif model sikap tiga komponen, yaitu kognitif,
afektif dan konatif (Schifman & Kanuk, 2001) mengungkap adanya beragam. Variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap perilaku yang berwawasan lingkungan dapat di
klasifikasikan menjadi lima kategori , yaitu demografi, pengetahuan,
nilai-nilai, sikap dan perilaku (Ling Yee,1997 ; Chan, 1999 ; Chan & Lau,
2000 ; Chan, 2001 ; laroche et al., 1999 ; Follows & Jobber, 2000).
Hasil temuan studi
empiris yang dilakukan Ling Yee (1997) dan Straughan & Robert(1999) tentang
kesadaran lingkungan berupaya mengidentifikasi variabel demografi sebagai
prediktor untuk menjelaskan sikap kesadaran lingkungan konsumen dan perilaku
konsumsi mereka. Variabel demografi misalnya, usia, jenis kelamin, tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, daerah domisili merupakan cara yang efisien bagi
pemasar untuk melakukan segmentasi pasar pada sikap dan perilaku yang
bertanggung jawab sosial. Namun, temuan hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel domografi dan psikososial dalam menjelaskan perilaku kesadaran
lingkungan masih belum dapat disimpulkan dengan jelas (Ling- Yee, 1997).
H. METODE
PENELITIAN
Metode
Pengambilan Sampel
Populasi yang menjadi
objek dalam penelitian
ini adalah konsumen yang pernah melakukan pembelian produk ramah lingkungan
termasuk pangan organik. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non probabilistik sampling, yaitu setiap elemen dalam populasi tidak
memiliki probabilitas yang sama untuk menjadi sampel (Cooper & Emory, 1995
; Coper & Schlinder, 2001). Kriteria pengambilan sampel purposif. Subjek
penelitian ini adalah konsumen aktif yang pernah membeli, menggunakan serta
mengetahui tentang produk ramah lingkungan. Sampel yang diambil berjumlah 150
responden.
9
|
Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode survei, yaitu menggunakan kuesioner yang
berisi butir-butir pengukur konstruk atau variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. Kuesioner berupa daftar pertanyaan yang berisi tentang
kesadaran lingkungan, niat pembelian produk hijau, dan perilaku pembelian yang
di lengkapi dengan pertanyaan pendahualuan mengenai karakteristik demografi
responden.
Penyebaran kuesioner disampaikan secara
langsung kepada responden. Responden di wawancarai terlebih dahulu terkait
dengan pengetahuan mereka terhadap produk ramah lingkungan. Responden yang
menjadi sampel akhir adalah mereka yang pernah membeli, menggunakan atau
mengkonsumsi produk ramah lingkungan yang tersedia di pasaran. Kuesioner
disampaikan dengan mendatangi responden secara aktif pada lingkungan dimana
responden berada. Responden membutuhkan waktu kira-kira 10-15 menit untuk
mengisi kuesioner. Peneliti menunggu kuesioner untuk diisi, sehingga setelah
kuesioner diisi lengkap dapat langsung dikembalikan. Dalam melakukan penyebaran
kuesioner, peneliti dibantu oleh 4 orang anggota peneliti. Peneliti memberikan
pengarahan kepada mereka tentang maksud penelitian dan kriteria responden. Mereka
bertanggung jawab terhadap penyebaran dan pengembalian kuesioner. Sesuai dengan
waktu yang telah disepakati, peneliti mengambil kuesioner yang telah disebar
oleh mereka dan telah diisi lengkap oleh responden.
Kuesioner digunakan untuk mendapatkan
data primer. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka dari
buku, data tentang perkembangan dan penggunaan produk ramah lingkungan,
berbagai penelitian sebelumnya dan teori yang terkait dengan topik penelitian,
untuk menyusun tinjauan pustaka dan penggunaan alat analisis. Semua pengukuran
konstruk dalam penelitian ini dengan item pertanyaan dengan lima point skala
Likert dari sangat tidak setuju (STS) sampai sangat setuju (SS). Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk
mengukur konstruk dari sangat tidak setuju (skor 1), tidak setuju (skor 2),
netral (skor 3), setuju (skor 4) dan sangat setuju (skor 5). Tiga konstruk
meluputi tiga item, dua konstruk meliputi empat item, satu konstruk meliputi
lima item dan satu konstruk meliputi dua item sehingga total berjumlah 24 item
( 3x3),(2x4),(1x5) dan (1x2).
H1 : ada pengaruh
antara pengetahuan ekologikal
terhadap niat beli produk hijau
mahasiswa etnis Tiong Hoa
H2 : ada pengaruh antara kesadaran lingkungan
terhadap niat beli produk hijau mahasiswa
etnis Tiong Hua
H3
: ada pengaruh niat beli produk hijau
terhadap perilaku beli hijau mahasiswa
etnis Tiong Hoa
Teknik Analisis Data
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh rata-rata persepsi diantara masing-masing kelompok
responden. Karena diantara masing-masing kelompok responden yang diuji tersebut
saling independen, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan alat analisa analysis
of variance (ANOVA). Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dulu
dilakukan uji validitas dan realibilitas instrumen yang digunakan. Apabila
instrumen tersebut valid dan reliable (handal) maka hasil
penelitian dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
I.
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Tabel.2 Jadwal
kegiatan
No
|
Kegiatan
|
OKT
|
NOV
|
DES
|
JAN
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
Persiapan
:
|
|||||||||||||||||
1
|
Penentuan
Tema
|
||||||||||||||||
2
|
Pengumpulan
referensi
|
||||||||||||||||
3
|
Pengumpulan
data sekunder
|
||||||||||||||||
4
|
Penyusunan
Proposal Penelitian
|
||||||||||||||||
Pelaksanaan
:
|
|||||||||||||||||
5
|
Perancangan
panduan wawancara dan
|
||||||||||||||||
FGD serta kuesioner penelitian
|
|||||||||||||||||
6
|
Penggandaan
kuesioner
|
||||||||||||||||
8
|
Penyebaran
kuesioner & Survei Lapangan
|
||||||||||||||||
9
|
Pengumpulan
data ,kuesioner & tabulasi data
|
||||||||||||||||
10
|
Analisis
Data
|
||||||||||||||||
Penyusunan
Laporan :
|
|||||||||||||||||
11
|
Penyusunan
Laporan Penelitian
|
||||||||||||||||
12
|
Penggandaan
dan Penyerahan Laporan
|
J.
DAFTAR
PUSTAKA
Ajzen, Icek. 1988. Attitudes,Personality, and Behavior,
Open University Press, Milton Keynes, UK
Asian Produktivity Organization.
2003. A Measurement Guide to green Produktivity Asian Organization, Tokyo
Billatos, Samir B. Dan Basaly,
Nadia A. 1997. Green Technology and Design for the Environtment. Taylor and
Francis
Chan, Ricky Y.K. 2001.
“Determinants of Chinese Consumers Green Purchase Behavior,” Psychology & Marketing: 338-357
Chan, Ricky Y.K. 1999.
“Environmental Attitudes and Behaviorof Consumers in China,” Journal of International Consumer Marketing
Cooper , D.R dan Schindler. 2001. Business Research Methods, Seventh
Edition, Mc Graw Hill International.
Cooper , D.R dan C.W. Emory. 1995. Business Research Methods, Fifth
Edition, Chicago: Richard D. Irwin, Inc
Elkington. 1991. “Green Marketing
in the New Millenium,”.Journal of
Consumer Marketing: 558-559
Follows, Scott B., dan David
Jobber.2000. “Environmentally Responsible Purchase Behavior: a test of consumer
model, “European Journal of Marketing:
723-746
Fotopoulus, Christos, dan
Athanasios Krystallis.2002a. “Organic Product Avoidance, Reasons for Rejection
and Potential Buyers Identification in a Countrywide Survey,” British Food Journal: 233-260
Hair, Joseph F., Rolph E. Anderson,
Ronald L. Tatham, dan William C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice Hall
International, Inc
Ling Ye, Li. 1997. “Effect of
Collectivist Orientation and Ecological Attitudeon Actual Environmental
Commitment,” Journal of International
Consumer Marketing : 31-53
Ottman, J.A. 1995. Green Marketing:
Challenges and Opportunities for the New
Marketing Age, NTC Publishing Group, Lincolwood.
Ottman,
Jacquelyn A. 2011. The New Rules of Green Marketing. Greenleaf
Publishing, Sheffield, England.
Oyewole,
Philemon. 2001. Social Costs of Environmental Justice Associated with
the Practise of Green Marketing.
Journal of Business Ethics, Vol. 29.
Renald
Kasali. 2010. Strategy Green Marketing. Gramedia. Jakarta
Vlosky, Richard P., Lucie K. Ozzane
dan Renee J. Fentenot. 1999. “ A Conceptual Model of US ConsumerWillingness to
Pay for Environmentally Wood Product,” Journal
of Consumer Marketing: 122-136
Comments
Post a Comment
Terima Kasih telah mengunjungi Blog saya